Apakah anda pernah mendengar apa itu bisnis autopilot? Bisnis autopilot adalah sebuah sistem bisnis dimana bisnis bisa berjalan sendiri tanpa kehadiran ownernya secara langsung. Bisnis berjalan berdasarkan sistem yang sudah dibuat.
Jadi tidak bergantung pada keberadaan si owner bisnis. Owner bisnis tidak perlu secara terus menerus terjun ke lapangan, namun bisnis tetap menghasilkan profit yang konsisten.
Lalu apakah setiap bisnis bisa berjalan secara autopilot? Sayangnya, tidak semua bisnis bisa berjalan autopilot. Banyak hal yang harus dipersiapkan secara matang agar bisnis bisa berjalan autopilot dan menghasilkan profit.
Bila anda berkeinginan untuk membangun bisnis autopilot, sebaiknya anda pelajari dan hindari ciri-ciri jebakan ini:
Table of Contents
Ciri-Ciri Jebakan Bisnis Autopilot
1. Godaan untuk menjadi pebisnis tapi tidak siap kerja ekstra keras
Fakta jebakan yang pertama adalah banyak orang yang gagal untuk membuat bisnisnya profitable dan berjalan autopilot karena terlena dengan godaan omongan orang atau mimpi-mimpi bahwa menjadi seorang pebisnis itu hidupnya enak. Banyak pebisnis yang terjebak dalam alasan tersebut.
Apa yang mungkin terlihat dari luar, hidup seorang pebisnis itu serba enak, banyak uang, bisa pergi kemana saja, bisa beli apa saja, bisa melakukan apa saja karena ia kaya raya. Si pemilik bisnis bebas bersantai dan jalan-jalan, namun bisnis tetap berjalan dengan baik lewat karyawan dan tim yang ia miliki.
Apa yang mereka lihat memang tidaklah salah. Memang hidup mereka enak karena bisa santai tapi bisnis tetap berjalan.
Namun ada yang harus anda ketahui bahwa sebelum hal itu mereka capai, ada proses panjang yang menuntut mereka untuk kerja ekstra keras, tak kenal lelah, serta pantang menyerah.
Sangat disayangkan, kebanyakan orang hanya ingin menikmati hasil usaha dan kerja keras mereka, tanpa mempunyai kesiapan untuk menjalani proses panjang yang ada. Banyak pemilik bisnis tidak siap untuk membangun sistem bisnis yang kuat agar bisnisnya bisa berjalan autopilot.
2. Takut Duluan
Takut gagal, takut bangkrut, takut bisnisnya butuh modal yang besar, takut tidak ada customer yang beli, takut tidak profit.
Kira-kira itulah ketakutan yang sering dihadapi oleh pemilik bisnis saat ingin mulai membangun bisnisnya. Masih banyak lagi alasan ketakutan mereka yang akhirnya menghambat mereka untuk membangun bisnis.
Sebelum mulai bangun bisnis, mereka sudah dikalahkan dengan rasa takut tersebut. Padahal ketakutan tersebut tidak pasti terjadi, hanya ada di bayangan mereka saja.
Dengan melakukan persiapan dan perencanaan yang baik, anda bisa memperkecil risiko-risiko tersebut menghampiri bisnis anda. Perlu diingat, risiko akan tetap ada.
Namun sebagai pebisnis yang baik, anda bisa memperkecil efek dari risiko tersebut dengan melakukan perencanaan yang matang dan eksekusi yang terbaik nantinya.
Oleh sebab itu, jangan sampai jebakan ini terjadi pada diri anda. Jangan biarkan bayangan ketakutan tersebut mengalahkan keinginan anda untuk mulai membangun bisnis. Lewat perencanaan yang baik, ketakutan dan risiko yang ada bisa diminimalisir.
3. Terlena dengan tujuan memulai bisnis, tapi lupa saat bisnisnya jalan
Mungkin pebisnis yang seperti ini sering dijumpai di luaran sana. Tujuan mereka mulai berbisnis adalah bisa menghasilkan omset yang besar, profit yang besar, dan kemudian punya banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama keluarga atau kerabat terdekat.
Tetapi apa realitanya yang sering terjadi? Kebanyakan pebisnis malah terlalu memfokuskan diri mereka untuk berbisnis. Sibuk bekerja dari pagi hingga malam, begitu terus setiap hari bahkan saat weekend. Semua dilakukan semata-mata untuk menghasilkan omset dan profit yang besar.
Lalu apa konsekuensinya? Bukannya memiliki waktu luang yang bisa dihabiskan bersama keluarga atau kerabat, waktu mereka malah habis untuk berbisnis. Seakan-akan mereka lupa dengan tujuan awal dalam mulai berbisnis. Tujuan awal mulai terlupakan saat bisnisnya sudah mulai dan berjalan.
Kembali pada kata-kata bisnis autopilot adalah jebakan, mungkin ini jadi jebakan yang paling banyak memakan korban. Banyak pebisnis yang jatuh ke dalam jebakan ini.
4. Tidak Banyak Dicari Customer Padahal Produk Bagus
Sering muncul pertanyaan dari para pebisnis, “kenapa ya produk saya tidak banyak dicari oleh customer? padahal produk dan jasa yang saya jual adalah kualitas terbaik”.
Kebanyakan pebisnis bisa menciptakan atau menemukan produk / jasa dengan kualitas yang bagus, tetapi tidak bisa mempromosikannya.
Saat mereka percaya bahwa produk yang mereka jual itu bagus, mereka berharap customer akan datang dengan sendirinya. Padahal cara kerjanya tidak seperti itu. Customer mungkin belum tahu bahwa produk yang anda jual adalah produk bagus, hanya anda yang tahu bahwa produk tersebut bagus.
Oleh sebab itu, anda perlu memperkenalkan produk tersebut kepada customer anda, lewat strategi marketing & branding.
Strategi ini harus anda maksimalkan agar calon-calon customer anda bisa tahu bahwa produk yang anda jual bagus, sehingga mereka akan berdatangan terus untuk membeli produk anda.
Dengan strategi yang tepat juga, anda bisa terhindari dari yang namanya perang harga dengan kompetitor.
Kesalahan yang masih sering dilakukan oleh kebanyakan pebisnis adalah tidak memaksimalkan marketing & branding untuk bisnis mereka.
5. Sulit Mencari Karyawan Berkualitas Bagus
Banyak pelaku bisnis yang mengeluhkan sulit untuk mendapatkan tim atau karyawan yang kualitasnya bagus. Untuk mencari karyawan saja sulit, apalagi membangun tim yang bisa mengelola bisnis anda agar bisa berjalan sesuai dengan sistem autopilot.
Pada akhirnya karena kesulitan tersebut, anda memutuskan untuk tidak merekrut karyawan atau tim. Hasilnya?
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan bisnis anda kerjakan sendiri. Kalau semuanya anda kerjakan sendiri, bagaimana bisnis bisa berjalan dengan sistem autopilot?
Padahal diketahui bersama bisnis autopilot adalah bisnis yang bisa berjalan sendiri bergantung pada sistem tanpa perlu kehadiran anda dalam bisnis.
Saat anda memutuskan untuk mengerjakan semuanya sendiri, bisnis tidak akan bisa berjalan autopilot. Anda harus mulai membangun tim dan merekrut karyawan-karyawan yang mempunyai satu arah tujuan yang sama dengan anda.
Dengan begitu anda bisa mempercayakan bisnis pada mereka dan bisnis anda bisa berjalan secara autopilot.
Baca Juga: 5 Fase Dalam Membangun Bisnis Autopilot
Persiapan Bisnis untuk Autopilot
Faktor-faktor yang harus dipersiapkan:
1. Sistem dan Proses:
- Buat SOP (Standard Operating Procedure) untuk semua aspek bisnis.
- Gunakan software dan tools untuk mengotomatisasi tugas-tugas repetitif.
- Delegasikan tugas-tugas yang bisa dilakukan oleh orang lain.
2. Tim yang Solid:
- Bangun tim yang kompeten dan terpercaya.
- Berikan pelatihan yang memadai kepada tim.
- Ciptakan budaya kerja yang mendukung sistem autopilot.
3. Marketing dan Penjualan:
- Gunakan strategi marketing digital yang efektif.
- Bangun brand awareness yang kuat.
- Buat sistem penjualan yang otomatis.
4. Teknologi dan Infrastruktur:
- Gunakan software dan tools yang tepat untuk mendukung bisnis autopilot.
- Pastikan infrastruktur IT handal dan aman.
- Lakukan backup data secara berkala.
5. Monitoring dan Evaluasi:
- Pantau kinerja bisnis secara berkala.
- Lakukan evaluasi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Membedakan Bisnis yang Cocok untuk Autopilot
Bisnis yang cocok:
- Bisnis dengan model yang terstruktur dan repetitif.
- Bisnis dengan produk atau jasa yang mudah distandarisasi.
- Bisnis dengan target pasar yang jelas.
- Bisnis dengan volume penjualan yang tinggi.
Bisnis yang tidak cocok:
- Bisnis yang membutuhkan interaksi personal yang tinggi.
- Bisnis yang membutuhkan kreativitas dan inovasi yang tinggi.
- Bisnis yang memiliki risiko tinggi.
- Bisnis yang masih dalam tahap awal pengembangan.
Menghindari Jebakan Bisnis Autopilot
Jebakan-jebakan:
Ketidakmampuan beradaptasi: Bisnis autopilot harus mampu beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan.
- Kehilangan kontrol: Penting untuk tetap memantau kinerja bisnis dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Ketergantungan berlebihan pada teknologi: Teknologi hanyalah alat, dan bisnis harus tetap memiliki kontrol.
- Ketidakpuasan pelanggan: Pastikan sistem autopilot memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.
Langkah-langkah:
- Lakukan riset dan perencanaan yang matang.
- Pilih software dan tools yang tepat.
- Bangun tim yang kompeten dan terpercaya.
- Pantau kinerja bisnis secara berkala.
- Lakukan evaluasi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Membangun Sistem Bisnis yang Kuat
Langkah-langkah:
- Buat SOP yang jelas dan detail.
- Gunakan software dan tools yang tepat.
- Delegasikan tugas-tugas yang bisa dilakukan oleh orang lain.
- Ciptakan budaya kerja yang mendukung sistem autopilot.
- Lakukan pelatihan yang memadai kepada tim.
Contoh Bisnis Autopilot yang Sukses
Beberapa contoh:
- Netflix: Layanan streaming film dan TV.
- Amazon: Platform e-commerce.
- Gojek: Platform ride-hailing dan layanan lainnya.
- Airbnb: Platform penyewaan tempat tinggal.
Bagaimana mereka mencapainya:
- Membangun sistem dan proses yang terstruktur dan terotomatisasi.
- Memiliki tim yang kompeten dan terpercaya.
- Mengoptimalkan penggunaan teknologi.
- Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
Kesimpulan:
Bisnis autopilot dapat menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas. Namun, penting untuk mempersiapkan semua faktor yang diperlukan dan menghindari jebakan-jebakan yang ada.
FAQs Bisnis Autopilot
1. Apakah ada contoh bisnis autopilot di Indonesia yang sukses selain Gojek?
Tentu saja ada! Gojek memang salah satu contoh bisnis autopilot yang sukses di Indonesia, tapi bukan satu-satunya. Ada banyak kok bisnis lain yang juga menerapkan sistem autopilot dan berhasil.
- Tokopedia dan Shopee: Kedua marketplace ini bisa dibilang autopilot juga lho. Sistemnya kan udah jalan sendiri, mulai dari pemesanan, pembayaran, sampai pengiriman. Peran pemilik bisnis lebih ke manajemen dan pengembangan sistem.
- Traveloka: Platform booking travel ini juga autopilot. Sistem secara otomatis mengelola pemesanan tiket pesawat, kereta, hotel, dan lain-lain.
- Bisnis dropshipping: Di bisnis ini, kamu nggak perlu mikirin stok barang dan pengiriman. Semua diurus oleh supplier. Kamu cukup fokus di marketing dan pelayanan pelanggan.
Masih banyak lagi contoh lainnya, seperti bisnis affiliate marketing, online course, dan membership site. Intinya, bisnis autopilot itu bisa diterapin di berbagai jenis usaha.
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun bisnis autopilot yang sukses?
Nah, ini pertanyaan yang nggak bisa dijawab dengan angka pasti. Setiap bisnis punya perjalanan yang beda-beda. Ada yang bisa autopilot dalam hitungan bulan, ada juga yang butuh waktu bertahun-tahun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi lama waktu membangun bisnis autopilot antara lain:
- Kompleksitas bisnis: Semakin kompleks bisnisnya, semakin lama waktu yang dibutuhkan buat ngebangun sistem autopilotnya.
- Sumber daya yang dimiliki: Modal, keahlian, dan tim yang solid bisa mempercepat proses pembangunan bisnis autopilot.
- Strategi yang diterapkan: Strategi marketing dan operasional yang efektif bisa membantu bisnis cepat berkembang dan siap di-autopilot.
Yang jelas, membangun bisnis autopilot itu butuh proses dan kesabaran. Nggak ada jalan instan. Tapi kalau kamu tekun dan konsisten, pasti bisa kok!
3. Software atau tools apa saja yang direkomendasikan untuk membantu mengotomatiskan bisnis?
Ada banyak banget tools yang bisa kamu pakai buat ngebantu otomatisasi bisnis, tergantung kebutuhanmu. Nih, aku kasih beberapa rekomendasi:
- Untuk email marketing: Mailchimp, GetResponse, Sendinblue
- Untuk social media management: Hootsuite, Buffer, SproutSocial
- Untuk customer service: Zendesk, Intercom, Freshdesk
- Untuk project management: Trello, Asana, Monday.com
- Untuk pembayaran online: Midtrans, Xendit, Doku
Selain itu, kamu juga bisa manfaatin berbagai platform e-commerce, marketplace, dan aplikasi chatbot buat otomatisasi bisnis.
4. Bagaimana cara mengatasi rasa jenuh atau kehilangan motivasi ketika menjalankan bisnis autopilot?
Wajar kok kalau kamu kadang ngerasain jenuh atau kehilangan motivasi, apalagi kalau bisnis udah jalan sendiri. Nah, biar tetep semangat, coba deh lakuin hal-hal ini:
- Tetapkan tujuan baru: Meskipun bisnis udah autopilot, tetep penting buat punya tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, meningkatkan omzet, ekspansi ke pasar baru, atau mengembangkan produk baru.
- Cari tantangan baru: Coba hal-hal baru yang bisa nge-boost semangatmu, misalnya belajar skill baru, ikut komunitas bisnis, atau jadi mentor buat pebisnis pemula.
- Istirahat yang cukup: Jangan sampai keasikan ngurusin bisnis sampai lupa istirahat. Luangkan waktu buat refreshing dan lakuin hobi yang kamu suka.
- Ingat tujuan awalmu: Kenapa sih kamu mulai bisnis ini? Ingat lagi tujuan dan mimpi-mimpimu biar kamu tetap termotivasi.
5. Apakah ada komunitas atau forum online di Indonesia yang membahas tentang bisnis autopilot?
Pastinya ada dong! Di era digital ini, gampang banget buat nemuin komunitas online. Kamu bisa gabung di grup Facebook, forum online, atau channel Telegram yang bahas tentang bisnis autopilot.
- Coba cari di Facebook dengan kata kunci “bisnis autopilot”, “passive income”, atau “online business”.
- Manfaatin juga platform forum seperti Kaskus atau Reddit buat cari thread yang relevan.
Di Telegram, kamu bisa cari channel dengan kata kunci yang sama.
Di komunitas ini, kamu bisa sharing pengalaman, tanya jawab, dapetin informasi terbaru, dan berjejaring dengan pebisnis lain.